Cerita Rakyat Bugis - Tau Malebbo e ri Mampu

ᨈᨕᨘ ᨆᨒᨛᨅᨚᨕᨙ ᨑᨗ ᨆᨇᨘ

ᨑᨗᨕᨚᨒᨚ ᨕᨛᨃ ᨔᨙᨕᨘᨕ ᨕᨑᨘ ᨄᨄᨑᨙᨈ ᨑᨗᨈᨛᨒᨕᨗ ᨄᨛᨈ ᨆᨇᨘ᨞ ᨊᨕᨗᨕ ᨓᨛᨈᨘ ᨕᨙᨑᨚ ᨓᨛᨉᨗᨂᨗ ᨑᨗᨕᨙᨓ ᨆᨅᨗᨌᨑ ᨕᨚᨒᨚ ᨀᨚᨒᨚᨕᨙ᨞ ᨑᨗᨒᨒᨛᨊ ᨀᨇᨚ ᨕᨙᨑᨚ ᨕᨛᨃ ᨉᨘᨕ ᨈᨕᨘ ᨆᨒᨅᨗᨊᨙ᨞ ᨊᨕᨗᨕ ᨅᨕᨗᨊᨙᨊ ᨈᨛᨆᨀ ᨁᨛᨒᨚᨊ᨞ ᨉᨙᨁᨁ ᨆᨀᨘᨋᨕᨗ ᨌᨕᨘ ᨁᨛᨒᨚᨕᨗ ᨑᨗ ᨒᨒᨛ ᨄᨑᨙᨈᨊ ᨆᨇᨘ᨞ ᨊᨕᨗᨕ ᨄᨛᨈ ᨆᨇᨘ ᨕᨛᨃ ᨈᨚ ᨕᨊ ᨊ ᨀᨒᨚᨒᨚ ᨈᨛᨆᨀ ᨁᨙᨃᨙᨊ᨞ ᨊᨔᨛ ᨈᨕᨘᨕᨙ ᨀᨒᨚᨒᨚ ᨌᨇᨛᨁ᨞

ᨕᨛᨃᨊ ᨔᨙᨕᨘᨕ ᨓᨛᨈᨘ ᨕᨊ ᨀᨑᨘ ᨕᨙᨑᨚ ᨒᨕᨚᨕᨗ ᨆᨄᨅᨗᨈᨙ ᨆᨊᨘ ᨑᨗ ᨕᨓ ᨅᨚᨒᨊ ᨈᨕᨘ ᨆᨀᨒᨛᨅᨗᨊᨛᨂᨛ ᨕᨙᨑᨚ᨞ ᨊᨔᨗᨈᨘᨍᨘᨕ ᨕᨗ ᨆᨗᨈᨕᨗ ᨕᨊ ᨉᨑ ᨁᨛᨒᨚ ᨕᨙᨑᨚ᨞ ᨑᨗᨓᨛᨈᨘ ᨊᨕᨗᨈᨊᨑᨚ ᨈᨄ ᨄᨒᨙᨕᨗ ᨄᨈᨘᨍᨘᨊ ᨆᨕᨙᨒᨚ ᨄᨘᨕᨗᨊᨙ ᨕᨗ ᨆᨀᨘᨋᨕᨗ ᨕᨙᨑᨚ᨞

ᨑᨗᨄᨚᨕᨉᨊᨗ ᨑᨗᨈᨕᨘ ᨆᨕᨙᨁᨕᨙ ᨆᨀᨛᨉᨕᨙ 'ᨕᨗᨕᨑᨚ ᨆᨀᨘᨋᨕᨗᨕᨙ ᨈᨕᨘ ᨕᨛᨃ ᨒᨀᨕᨗᨊ'᨞ ᨊᨕᨗᨕ ᨓᨛᨈᨘ ᨊᨀᨒᨗᨂᨊ ᨑᨚ ᨄᨄᨂᨍᨊ ᨈᨕᨘ ᨆᨕᨙᨁᨕᨙ ᨉᨙᨊ ᨄᨈᨘᨍᨘᨊ ᨄᨒᨙᨕᨗ ᨆᨀᨘᨋᨕᨗ ᨁᨛᨒᨚ ᨕᨙᨑᨚ᨞ ᨊᨕᨙᨀᨗᨕ ᨆᨕᨙᨒᨚᨕᨗ ᨆᨀᨑᨙ ᨕᨑᨙᨕᨗ ᨅᨗᨊᨙᨊ ᨈᨕᨘᨕᨙ᨞ ᨁᨀᨊ ᨊᨉᨄᨗ ᨈᨚᨂᨛ ᨆᨀᨑᨙ ᨕᨑᨙᨕᨗ ᨅᨕᨗᨊᨙᨊ ᨈᨕᨘᨕᨙᨑᨚ ᨉᨙᨋᨙ᨞

ᨕᨛᨃᨊ ᨔᨙᨕᨘᨕ ᨓᨛᨈᨘ ᨊᨔᨗᨈᨘᨍᨘᨕᨂᨗ ᨕᨛᨃᨊ ᨒᨀᨕᨗᨊ ᨑᨗ ᨅᨚᨒᨕᨙ ᨊᨕᨛᨃ ᨈᨚ ᨕᨊ ᨀᨑᨘ ᨕᨙᨑᨚ᨞ ᨑᨗᨓᨛᨈᨘ ᨕᨙᨑᨚ ᨆᨈᨛᨂᨂᨗ ᨈᨛᨊᨘᨊ ᨆᨀᨘᨋᨕᨗ ᨈᨚ ᨁᨛᨒᨚ ᨕᨙᨑᨚ ᨊᨉᨙ ᨊᨔᨊ ᨔᨊᨕᨗ ᨈᨄ ᨆᨛᨉᨘ ᨕᨊ ᨌᨑᨚᨄᨚᨊ᨞ ᨆᨀᨗᨈᨕᨗ ᨊᨚ ᨒᨕᨚ ᨑᨗᨕᨓ ᨕᨛᨃᨕᨗ ᨊᨕᨗᨈ ᨕᨊᨊ ᨕᨑᨗ ᨕᨙ ᨆᨗᨈᨕᨘᨊᨗ ᨊᨚ ᨑᨗ ᨈᨊᨕᨙ ᨊᨔᨅ ᨕᨛᨃᨕᨗ ᨒᨀᨕᨗᨊ ᨑᨗ ᨒᨒᨛ ᨅᨚᨒ᨞ ᨈᨄᨊᨔᨘᨑᨚ ᨕᨗ ᨕᨔᨘᨊ ᨆᨈᨙᨑᨛᨂᨗ ᨕᨊ ᨌᨑᨚᨄᨚᨊ᨞

ᨉᨙ ᨊᨆᨕᨗᨈ ᨕᨛᨃ ᨈᨚᨂᨛᨊ ᨕᨊ ᨌᨑᨚᨄᨚᨊ ᨊᨄᨙᨋᨙ᨞ ᨑᨗᨓᨛᨈᨘ ᨊᨓᨙᨑᨙᨊ ᨕᨊ ᨌᨑᨚᨄᨚ ᨕᨙᨑᨚ ᨆᨄᨚᨕᨉᨕᨗ ᨈᨕᨘ ᨈᨛᨊᨘ 'ᨕᨗᨁᨑᨚ ᨈᨕᨘ ᨑᨗᨕᨓ ᨅᨚᨒ'᨞ ᨆᨄᨚᨕᨉᨕᨗ ᨕᨔᨘ ᨕᨙᨑᨚ ᨕᨊᨊ ᨄᨛᨈ ᨆᨇᨘ᨞ ᨆᨕᨙᨒᨚᨕᨗ ᨆᨙᨓᨀᨗ ᨔᨗᨈ᨞ ᨆᨄᨚᨕᨉᨔᨗ ᨈᨕᨘ ᨈᨛᨊᨘ ᨕᨙᨑᨚ  ᨕᨍ ᨆᨘᨆᨑᨘᨀ ᨊᨔᨅ ᨕᨛᨃᨕᨗ ᨒᨀᨕᨗᨀᨘ᨞ ᨈᨛᨒᨛᨄᨛ ᨆᨘᨊᨑᨚ ᨅᨗᨌᨑᨊ ᨈᨄ ᨄᨚᨒᨙ ᨅᨗᨒ ᨕᨙ ᨑᨗᨈᨙᨂ ᨕᨛᨔᨚᨕᨙ᨞ ᨄᨘᨑᨕᨗᨑᨚ ᨈᨄ ᨆᨏᨍᨗ ᨅᨈᨘ ᨈᨕᨘ ᨈᨛᨊᨘ ᨕᨙᨑᨚ ᨔᨗᨅᨓ ᨕᨔᨘᨊ᨞ ᨁᨀᨊ ᨆᨏᨍᨗ ᨅᨈᨘ ᨆᨊᨛ ᨔᨗᨊᨗᨊ ᨒᨗᨔᨛᨊ ᨀᨇᨚ ᨕᨙᨑᨚ᨞ 

ᨕᨗᨕᨊᨑᨚ ᨔᨅᨊ ᨊᨑᨗᨕᨔᨛ ᨈᨚ ᨆᨒᨛᨅᨚᨕᨙ ᨑᨗ ᨆᨇᨘ᨞

TO MALEBBO E RI MAMPU

(ORANG YANG CELAKA DI MAMPU)


Dahulu kala ada seorang raja yang memerintah (di daerah Mampu) yang dipanggil "Petta Mampu". Pada zaman itu, binatang dapat berbicara seperti manusia. Di kampung itu tinggal sepasang suami istri. lstrinya sangat cantik parasnya. Dialah yang menjadi kembang di daerah yang diperintah oleh Petta Mampu. Disisi lain, Petta Mampu mempunyai anak seorang pemuda yang gagah dan simpatik.

Suatu ketika, pemuda itu pergi menyabung ayam di bawah rumah suami istri itu. Putra raja itu secara kebetulan melihat wanita cantik yang ada di atas rumah. Karena kecantikan paras wanita itu, ia bermaksud akan mempersuntingnya.

"Wanita itu telah bersuami". Demikianlah penyampaian orang banyak kepada putra raja itu. Ketika dia mendengar peringatan orang banyak tersebut, keinginannya untuk merebut wanita itu pudar. Tetapi ia ingin mengganggu istri orang itu. Akhirnya, niat jahatnya itu terlaksana juga.

Suatu waktu kebetulan suami wanita itu ada di rumah,  pula putra raja itu datang. Wanita itu sedang menenun sarung. Dengan tidak sengaja "anak caropong" wanita itu jatuh ke bawah. Ia menengok ke bawah, dilihatnya putra raja ada di bawah. Ia takut untuk turun memungut anak caropong itu karena suaminya ada di rumah, nanti suaminya melihat ia bertemu dengan putra raja itu. Lalu disuruhlah anjingnya untuk memungut anak caropong itu.

Tidak lama kemudian, anjingnya membawa anak caropong tersebut ke atas. Ketika anjing itu menyerahkan anak caropong tersebut, wanita yang menenun itu bertanya "Siapa yang ada di bawah rumah?", ''Putra raja Mampu, dia ingin bertemu denganmu" jawab anjing itu. Dijawab oleh wanita tersebut "Jangan ribut, suamiku di rumah." Ketika mereka berbicara tiba-tiba guntur di siang hari. Setelah itu, wanita yang menenun dan anjing itu tiba-tiba menjadi batu. Hingga akhirnya seisi kampung itu menjelma menjadi batu.

Itulah sebabnya maka disebut orang celaka di Mampu.


Referensi: 
Mattaliti, M. Arief. 1989. Sastra Lisan Prosa Bugis. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta.

Note:
Saya sedikit mengubah terjemahan ceritanya karena sepemahaman saya, ada beberapa yang tidak sesuai dengan arti yang sebenarnya. Namun itu mungkin lebih disebabkan perbedan penafsiran, sebab tidak semua daerah bugis memiliki perbendaharaan kata yang sama. Saya ambil contoh, dingin dalam bugis Bone disebut "ᨆᨀᨛᨌᨙ" (make'cce), sementara dalam bugis soppeng disebut "ᨆᨌᨛᨀᨙ" (mace'qke). 

Ada juga beberapa kata yang harus saya jelaskan
1. Caropong : caropong adalah alat tenun tradisional
2. Di bawah rumah : rumah tradisional suku bugis adalah rumah panggung dengan tinggi lantai sekitar 2 - 3 meter dari tanah. Rumah panggung ini masih sangat umum ditemui di daerah bugis terutama di daerah pedesaan. 

Yang terakhir, terkait cerita ini. Cerita ini merupakan cerita yang menjelaskan latar belakang batu-batu yang menyerupai makhluk hidup yang ada di gua mampu. Namun, hingga sekarang, setidaknya sudah ada 3 versi cerita yang saya dapati. Saya masih ingat dengan jelas alur cerita latar belakang gua mampu ini yang ada di buku wajib SMP dengan judul 'ᨔᨗᨍᨛᨒᨚ ᨈᨚᨆᨇᨘ' (baca: Sije'lo to mampu, artinya: Orang mampu yang saling tunjuk). Versi tersebut sangat berbeda dengan versi yang saya terjemahkan ini. Jika versi ini lebih karena 'celaka'nya orang mampu yang jadi batu tersebut disebabkan oleh anak arung (bangsawan) yang berniat mengganggu istri orang, dalam versi buku SMP sebabnya adalah karena wanita yang menenun berbicara kepada anjingnya yang bernama 'ᨒᨅᨚᨒᨚ' (baca: La bolong, artinya:  Hitam/ si Hitam). Sementara versi yang ketiga saya kurang familiar. Inshaa Allah, saya akan berusaha mencari versi lengkap yang dua lainnya dan menerjemahkannya disini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Rakyat Bugis - La Biu

Cerita Rakyat Bugis - La Tarenrek